Wajahmu wahai kekasih
Adalah cantik laksana rembulan
Sinarnya sejuk menerangi malam
Dzikir Ilalang di Atas Pusara (Sumber Gambar : Nu Online) |
Dzikir Ilalang di Atas Pusara
Keinginan untuk menjumpaimuTetap ada dalam hatiku
Walau mata, hati dan rasa
Santriwati Pintar
Telah redup dalam dosaHancur terbakar menjadi abu
Santriwati Pintar
Kekasih . . .Berilah aku waktu sesaat
Agar aku bisa bangkit dari tumpukan abu itu
Menjadi bara kecil
Yang menyulut cinta hangusku
Wahai kekasih . . .
Celakalah aku
Bila engkau bersama orang lain
Dan aku kau tinggalkan hanya seorang
Tanpa engkau hiraukan
Seluruh anak adampun pasti akan celaka
Cambuklah aku sampai terluka
Sayatlah kulitku supaya menetes darah
Jangan kau biarkan
Air mataku mengering
Bila engkau tak menyiksaku sesaat saja
Niscaya aku sudah lupa
Siapa diriku ini
Karna aku tak lagi punya biola
Yang dapat aku mainkan
Untuk menari di hadapanmu
Asal engkau masih mau memandangku
Tak mengapa
Aku akan jadi ilalang
Yang berdzikir di atas pusara
Karna bukti cintaku padamu
Adalah nikmat yang tak pernah pudar
Surabaya, 28 juni 2015
Ach Shodiq Firdaus, Pengajar di Pesantren Al Khoziny Buduran Sidoarjo.
Dari (Puisi) Nu Online: http://www.nu.or.id/post/read/60470/dzikir-ilalang-di-atas-pusara
Santriwati Pintar
EmoticonEmoticon